Saya tak simPATI dengan mereka yang menanam iri hari dalam dirinya. Saya sangat mengutuk mereka yang diam-diam menyumpah serapahi kesuksesan orang lain dengan mengatakan hal-hal buruk bahwa pencapaian yang diperoleh seseorang tersebut diperoleh dengan sangat mudah. Mengapa tak simpati? Mengapa mengutuki?
Kemari, dengarkan saya sejenak. Taukah kamu ketika kamu melihat seseorang yang berhasil jadi PNS, saat tak sadar kamu membatin dalam hati, “Ih.. kenapa sih dia bisa lolos dengan mudah? Pasti dia mbayar. Mana ada yang sekarang bisa lulus tanpa membayar?”. Itu prasangkamu. Faktanya, yang kamu tak tahu, dia sudah 3 tahun berturut-turut mencoba mengikuti tes, mempertaruhkan waktu, pikiran, tenaga, dan uang transport untuk mengejar tes2 CPNS yang pendaftarnya ribuan… dan baru di tahun ketiga ini dia lolos. Alhamdulillah bisa tembus hingga CPNS Kementerian. The highest rank of officer level in our country. Prosesnya tak kau lihat, cemooh yang kau berikan. Istighfarlah!
Ada lagi yang lain, saat melihat facebook dan instagram nya dipenuhi foto-fotonya yang sedang bekerja di luar negeri dan tampak senyuman selalu merekah bahagia karena terlihat sangat gembira dan menikmati jalan-jalan sambil bekerja. Lagi-lagi kau berpikir buruk, “Ih, pamer banget jadi orang. Tahu deng yang duitnya banyak. Bisa kemana-mana”. Lagi, lagi isi kepalamu gelap. Yang TAK KAU TAHU, sudah sejak saat SD, saat mungkin dirimu sibuk mengejar layangan putus atau capung merah di tepi gunung, dia menginveskan waktunya untuk belajar bahasa asing. Dia mengurangi permainan-permainan non edukatif, dan penguasaan bahasa asingnya jadi jauh lebih baik dari teman-teman sebayanya. Bahkan saat yang lain baru mulai intensif belajar bahasa Inggris, dia sudah punya dasar bahasa Arab, Jepang, dan Korea. Itu ilmu menahun yang tak bisa didapat dalam dua hari! Itu doa-doa orang tuanya yang tak putus setiap malamnya. Karena itulah dia langganan ditugaskan kantornya untuk menjadi perwakilan delegasi Indonesia. Masi iri?! Istighfarlah!
Saat melihatnya punya ilmu agama lebih baik darimu dan kepribadian santun yang sangat mengagumkan, lagi2 kamu mencibir, “Ya iyalah pinter ngaji, orang dulu mondok”, sarkasme mulutmu tak berhenti. Yang kamu TAK TAHU, saat usianya baru lulus SD, orang tuanya mengirimkan ke pesantren. Rela tak rela karena ingin ia berbekal ilmu agama dan akhlaq yang baik. Taukah kamu dia masih anak kecil. Yang harus hidup jauh dari keluarga, yang harus belajar mencuci bajunya sendiri, yang harus belajar memanage waktunya sendiri, yang harus menelan 28 jenis mata pelajaran (dua kali lipatnya mata pelajaran anak SMP umum), yang tidur malamnya singkat karena tugas yang dobel-dobel, yang mana harus belajar memanage keuangannya, yg mana cuma boleh menonton TV saat weekend, yang mana harus bangun subuh buta untuk ke masjid tiap harinya. Ke sholehannya itu tak datang serta merta. Dia butuh bertahun-tahun tertempa ilmu-ilmu agama dan pembentukan kebiasaan baik, yang mana tak kamu dapatkan di masa beranjak dewasamu. Masi iri?! Istighfarlah!
Saat akhirnya ia menemukan jodoh pilihan Allah untuk nya, masih saja kau tak ikhlas dan merutuki nasib mu yang tak sebaik nasibnya. Tapi ada yang kamu TAK TAHU. Sudah berkali-kali ia diuji oleh Allah dengan cinta yang salah. Kamu PASTI TAK TAHU. Saat pertama kali dia mengenal orang yang mengaku mencintainya, tulus hati dia memberikan segala perhatian dan cintanya pada orang tersebut. Hasilnya apa? Allah tak suka diduakan. Dia ditinggalkan. Dia pun sadar, jatuh cinta terdalamnya harusnya hanya untuk Allah SWT. Disaat lain, kembali ia diuji, dipertemukan dengan orang baik yang membuatnya jatuh cinta, namun sayang, tidak tepat pada waktunya. Orang baik itu sudah hampir jadi milik orang lain. Lagi-lagi hatinya patah. Ia mengikhlaskan orang baik itu. Ia pergi karena tak ingin merusak hubungan yang ada. Beberapa tahun kemudian, kembali ia bertemu dengan seseorang. Kali ini ia memendam rasa. Cukup lama. Tak mengutarakannya. Hingga 4 tahun berlalu, menurutnya temannya ini sudah sangat cocok dengan kepribadiannya. Tapi sekali lagi, Allah mengatakan padanya, bahwa cinta dalam diamnya itu juga belum berujung ke pelaminan. 4 Tahun ia ikhlaskan. Meski lelah jika harus merajut asa baru untuk mulai dari nol mengenal orang baru. Tapi dia bersabar. Kemudian dikesempatan yang berbeda, saat sekali lagi ia dipertemukan dengan orang taat beragama yang bahkan sudah sejak awal mengatakan ingin mengenal untuk serius dengannya. Kembali ia membuka hatinya, mencoba memberi kesempatan karena ia mencoba berbaik sangka (siapa tahu ini jodoh dari Allah). Orang taat yang bahkan rajin ke Masjid tiap hari itu pun ternyata pada akhirnya menyakitinya. Mengecewakannya. Hingga ia ada di titik tak percaya lagi pada lawan jenisnya. Bagaimana bisa mendapat jodoh yg baik jika orang yg taat beragama saja bisa mengecewakannya. Tapi ia tetap berserah pada Allah. Ini ketetapan Nya. Dia kembali sabar menjalani-Nya. Beberapa waktu kemudian, dia terkena sakit. Hingga harus berbaring lemah selama 2 bulan pengobatan. Dia kuat. Keluarganya sangat mendukungnya. Di saat itu dia hanya berdoa ingin sembuh. Tak ingin yang lain. Impian sekolah S2 di luar negerinya ia kubur, targetnya menikah sementara ia sisihkan. Ia hanya ingin segera sembuh untuk kemudian bisa berbakti kepada kedua orang tuanya. Membayar hutang budi seumur hidupnya. Tawakkal dengan takdir yang telah dituliskan. Namun, kita semua tahu, Allah tidak tidur. Puncak sabar dan syukurnya akhirnya berakhir manis. Allah beri kesembuhan (Alhamdulillah). Allah beri kesempatan dia untuk melanjutkan studi jenjang masternya di luar negeri. Dan bahkan Allah pertemukan ia dengan jodohnya yang sekarang menjadi pasangan seumur hidupnya. Jodoh yang baik yang Allah pilihkan, yang Allah permudah prosesnya. Allah tebus semua rasa sakit hatinya selama ini dan Allah angkat semua penyakitnya. Bahkan Allah kabulkan hajat2nya. Masi tak malu iri padanya?! Sudahkan kamu berproses sepahit dan sesulit dia? jika belum istighfarlah. Basuh hati penuh iri dengki mu itu dengan istighfar. Jangan hanya bisa menyadur ayat2 Allah dari google dengan tanpa mengamalkannya. Percuma.
P.S Ini untuk reminder semua, Anda, mereka, dia, bahkan saya. Jauhkan rasa iri hati dari dalam diri kita. Bersyukurlah.
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (kufur nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (QS.Ibrahim:7)